Sudut.
- Dimalam yang riuh dalam mesin pemutar acak, dengan iringan gitar mengalun memudarkan riuh menjadi penenang...
Ada satu kisah yang ingin dihentikan. Di tekan tombol ‘stop’ nya. Aku tidak meminta, namun Aku tidak ingin terlalu keras kepala lagi. Mungkin benar kata orang, “diam itu emas.” Sebab itu, Aku tak ingin banyak bicara lagi. Biarlah merasa sendiri, terasa sendiri, setiap ucapan yang tertulis dan tulisan yang seakan terdengar. Aku yakin setiap insan punya hati. Meskipun mengabaikan, namun jika suatu hari muncul kembali, semua yang terekam bisa terputar begitu saja.
Sekarang hanya bisa melihat, semua yang sebelumnya sembunyi. Pemaafan yang terasa jadi tidak sakral. Mudah diminta dan diulangi. Seakan perkataan itu bisa datar dibaca tanpa ada emosi yang entah tak pernah bisa ditebak. Atau barangkali Tuhan sedang menjawab doaku tentang ini itu.
Dan ini adalah cara Dia menjawab. Aku sama sekali tidak menyangka, etika-etika yang pernah diajarkan itu hanya teori belaka. Dan Aku selalu berada diposisi yang selalu tidak enak dilihat dan didengar. Mungkin ini semacam latihan treatmil buat Aku, untuk tersenyum disaat-saat yang sangat tidak enak, tidak nyaman. Berada disudut yang tidak pernah ku suka, namun Aku lebih sering diposisikan di tempat itu. Sejujurnya, Aku benci.
Aku tidak berniat untuk mengatakan Aku kecewa, karena kisah-kisah terkadang bisa ditebak. Klise. Hanya menunggu waktu saja. Aku sudah berusaha merubah alurnya agar tidak berakhir dengan pola yang begitu-begitu saja, namun usahaku disalah artikan. Sayangnya begitu. Aku tidak berniat mengatakan sudahlah, karena lelahku sudah sejak beberapa waktu lalu. Dan berkata sudahlah seakan seperti seorang yang mudah patah, sedangkan Aku sedang menggeliat-menggeliatnya.
Aku hanya penangkap warta. Bukan pencari. Di jaman secanggih ini, semuanya bisa melintas begitu saja. Entah ingin, entah tak sengaja. Merasa punya pengagum itu boleh saja, asal sudah memastikan bahwa pengagum itu sungguhan. Bukan abal-abal. Kalau belum memverifikasi dan berkoar tentang pengagum-pengagum yang tadi, kurang bijak bukan?
Yang terakhir, barangkali ini sebuah tulisan yang ingin Kau baca. Aku tidak ingin mengurangi apapun. Kalau Aku berkata, ‘’Aku mengerti”, itu bukan karena Aku tau segalanya, namun hanya karena Aku merasa ‘sudah cukup’.
Stop.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar