Sabtu, 12 Juli 2014

When Saturday Come


thats your long steps, and i run to catch
the way you laugh, a dimple shows to match
the scent of your coffee and those silly hums
cant help this boy, i want to take you home


your clever chat, and your peaceful hugs

when you wake up in the morning,
when you a fall sleep
cant help this boy, yes i fall for you


cause dear your presence is a bliss

and its saturday, when i’m on your list
so blow the clouds, feel the summer breeze
cause its saturday, when you’re on my list.



and when saturday comes...
I imagine. You and i. We’re maybe in our 40s or 50s. It’s raining outside. We are dancing with this song. And you, still love to tease me, just like usual. We laugh together. Then you whisper to me; “we still got it, don’t we?”
And i smile.

Rabu, 09 Juli 2014

July of you.


Tuan, berteduhlah di naungan Juli ku, nanti kutiupkan angin lautku bersama hujan di sore hari setelah batara surya puas memamerkan teriknya.
Tuan, jangan kau mengeluh jika panas seperti kau mengeluh saat hujan turun. Taukah kau? Alam sedang melakukan perannya.
Tuan, cobalah. Setiap bibirmu berniat mengeluarkan keluhnya untuk tiap peluh yang menetes, coba kau hitung setiap nikmat yang kau terima lalu bandingkan dengan kebaikan yang kau beri dalam sehari. Nanti kau akan malu sendiri.
Cobalah bersyukur. Bukankah Tuhan berjanji akan Ia lipatkan bahagia pada mereka yang bersyukur. Percayakah kau?
Jika kau tak percaya, Tuan, taukah saat itu panas terik, lalu hujan lebat. Tapi aku nikmati saja. 
Saat itu, Tuhanku melihatnya. 
Lalu Ia tunaikan janji Nya.
Taukah kau Tuan?
Ia beriku kebahagiaan yang lain sebagai ganti kesabaranku menembus panas dan hujan. 
Dia hadirkan kau, Tuan. Untuk menemani ku di tiap panas terik dan hujan lebat.
Maka berteduhlah bersamaku. Nikmatilah bersamaku. 
Bersyukurlah, karena aku bersyukur bertemu denganmu.
Di panas, maupun hujan.
Bersyukurlah.


 sebuah penggalan dari Menjelang Petang, cerita pendek yang tak pernah selesai.